Oleh : Dewi Utami
(Pemerhati Remaja)
KEHIDUPAN rumah tangga akan terasa lengkap jika memiliki buah hati, karena tanpa hadirnya sosok buah hati terasa hambar .Banyak sekali pasangan suami istri yang rela merogoh hingga jutaan rupiah demi untuk pengobatan atau terapi agar memiliki buah hati. Bahkan tidak jarang tanpa hadirnya buah hati menyebabkan keretakkan rumah tangga. Namun Sayangnya dalam sistem sekularisme saat ini memiliki anak seakan memiliki seribu beban bagi kehidupan rumah tangga. Sehingga tidak heran ide Childfree terus menerus dimininati.
Fenomena child free di Indonesia semakin menarik perhatian, khususnya terkait keputusan perempuan untuk tidak memiliki anak. Anggota Komnas Perempuan, Maria Ulfah Ansor, menjelaskan setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya, termasuk memiliki anak.
Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati oleh semua pihak. “Terserah mereka apakah seseorang memilih untuk memiliki anak atau tidak, itu bagian dari hak pribadi yang harus dihormati,” ujarnya dalam wawancara bersama Pro 3. (rri.co.id,15/11/2024).
Miris jika pada faktanya ide childfree justru memperoleh support dari berbagai pihak dengan dalih hak asasi manusia. Jika hal ini terus berlanjut negara harus bersiap-siap untuk kehilangan generasi penerus bangsa. Seiring dengan virus childfree yang terus meningkat terutama dikalangan ibu muda. Karena sejatinya virus Childfree ini bukanlah ujian namun musibah bagi negeri.
Berdasarkan data BPS terbaru, sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia usia 15 hingga 49 tahun memilih tidak memiliki anak.BPS mencatat fenomena child free meningkat di wilayah urban, dengan Jakarta mencapai angka tertinggi 14,3 persen. Tren ini semakin kuat pasca-pandemi Covid-19, dengan perempuan memilih fokus pada karier atau pendidikan karena ekonomi dan kesehatan.
(rri.co.id, 15/11/2024).
Sekularisme Suburkan Virus Childfree
Childfree merupakan kondisi dimana seseorang atau pasangan suami istri memutuskan untuk tidak ingin memiliki buah hati. Konsep childfree bukanlah hal yang baru. Di luar negeri telah banyak diterapkan terutama di negara-negara maju. Tentu konsep seperti ini tidak lain bersumber dari sistem sekularisme, kapitalisme yang melahirkan ide feminisme.
Feminisme yang muncul dari sistem sekuler yang memisahkan antara kehidupan dan nilai agama sangat merusak keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Karena sejatinya dalam pandangan feminisme wanita diberikan kebebasan untuk memperoleh keadilan dan hak yang sama seperti kaum laki-laki. Dalam arti lain kaum wanita menjadi pesaing bagi laki-laki dan memperebutkan kedudukan dengan kaum laki-laki. Padahal sudah jelas di dalam agama wanita dan laki-laki diberikan hak dan kewajiban yang istimewa sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Selain itu, sistem sekularisme ini melahirkan pola pikir liberal pada generasi muda. Seperti ketakutan jika mengalami kesulitan perekonomian dalam rumah tangga, kerepotan dalam mengurus anak bahkan menganggap memiliki buah hati adalah sebuah beban.
Seperti yang tengah beredar berita bahwa selebgram G dan suaminya PP sempat menjadi sorotan netizen beberapa tahun lalu yang mengungkapkan pernyataannya yang ingin hidup tanpa buah hati atau childfree. G mengaku bahwa dirinya tidak sanggup mengemban tanggung jawab yang cukup besar untuk menjadi orang tua. Dia dan suaminya juga merasa bahwa kehidupan rumah tangganya baik-baik saja meski tidak memiliki buah hati. Selain itu, yang membuat kontroversi terkait keputusannya untuk childfree adalah saat dia mengutarakan bahwa hal itu bisa membuat penampilannya terlihat awet muda. (viva.co.id, 04/09/2024)
Solusi Islam Dalam Mengatasi Childfree
Islam adalah agama sempurna yang akan memberikan kebahagiaan jika diterapkan secara total dalam bingkai kehidupan. Dalam pandangan Islam memiliki buah hati adalah sebuah pemberian dari Allah dan merupakan anugrah yang besar. Bukan menjadi beban bagi orang tuanya.
Allah berfirman:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa”. (Q.S. Asy Syuuro : 49-50).
Selain itu dalam mencegah terjadinya childfree Islam menekankan para penguasa untuk memberikan edukasi kepada seluruh rakyatnya dengan memupuk keimanan yang kuat sehingga terbentuk masyarakat yang taat kepada Allah dan Rasulnya secara sempurna. Termasuk menyakini bahwa memiliki anak akan membawa kebaikan, menjadi ladang pahala dan investasi kelak diakhirat.
Memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat secara maksimal. Baik dari segi kebutuhan pokoknya, pendidikan, kesehatan, dll. Sehingga masyarakat tidak akan mengambil jalan childfree karena tekanan perekonomian.
Hikmah
Hanya dengan sistem Islamlah kehidupan akan tercipta keharmonisan. Karena dalam sistem Islam ketahan keluarga akan dijaga sebaik mungkin. Sehingga keluarga mampu melahirkan para generasi muda yang akan menjadi agen of change tanpa adanya rasa kekawatiran dan ketakutan memiliki buah hati. Sehingga virus Childfree tidak akan menyebar ke tengah-tengah masyarakat.
Wallahu’alam.