SAMPIT, RAKYATKALTENG.COM –Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rinie Anderson menekankan kepada pemerintah daerah setempat melalui SOPD teknis untuk mengawasi pelaksanaan setiap pabrik kelapa sawit. Salah staunya yakni harga beli untuk Tandan Buah Segar (TBS) milik masyarakat.
“Sudah ada SK dari Pemprov untuk harga TBS yang harus dipatuhi oleh investasi di daerah ini, sekarang tinggal kita awasi saja karena itu ketentunya mengikat siapapun yang berinvestasi di daerah,”kata Rinie Anderson Senin (15/5/2023)
Rinie menanggapi keluhan sejumlah petani mengenai harga TBS yang masih dibawah standar serta penolakan membeli TBS milik masyarakar. Rinie menyebutkan jika kondisi ini berlanjut dia berharap kepaa petani petani tersebut untuk bersurat secara resmi agar bisa ditindaklanjuti nantinya.
Politikus PDI Perjuangan ini menyebutkan sebelum dibuka keran ekspor salah satu alasan menolak dan membeli TBS masyarakat dengan harga rendah lantaran tempat penampungan hasil produksi tidak bisa menampung lagi. Saat itu hasil produksi melimpah lantaran kebijakan larangan ekspor. Namun, saat ini ekspor dibuka kembali, alasan pabrik tidak bisa diterima lagi harga rendah lantaran kebijakan itu.
“Kita dukung investasi tetapi investasi yang ikut aturan pemerintah dan ketentuan perundang-undangan, supaya masyarakat juga bisa hidup dan perusahaan bisa berjalan,”tegas Rinie.
Meski keran ekspor hasil dari minyak kelapa sawit sudah dibuka. Namun belum ada tanda –tanda peningkatan harga yang anjlok untuk Tandan Buah Segar (TBS) milik masyarakat.
Harapan sejak dibukanya keran ekspor ini bisa memperbaiki harga ternyata tidak demikian harga jual masih stagnana seperti sebelumnya. Kondisi ini diharapkan menjadi perhatian dan pengawasan dari pemerintah daerah dalam hal ini melalui Dinas Perkebunan yang ditugaskan di Provinsi Kalimantan Tengah.
“Harga masih seperti kemarin saja tidak ada peningkatan per hari ini harga terima di pabrik masih Rp2300 perkilogramnya dari harga sebelumnya diangka Rp3500 perkilogram,”kata Adi salah satu petani sawit di Kecamatan Telawang.
Adi menyebutkan tidak ada pengaruh suiginifikan dihari pertama ini untuk mereka ditingkat petani. “Mungkin besok atau beberapa hari kedepan ada kenaikan harga. Setidaknya kembalikan harga ke harga awal itu sudah lebih baik,”katanya.
Sementara itu juga senada diungkapkan Hendra. Petani sawit itu menyebutkan dihari (23/5) kemarin harga sawi6t masih stagnan seperti harga sebelumnya semenjak anjlok dari harga Rp3600 perkilogramnya. “Bahkan hari ini ada penurunan harga Rp 70 per kilonya sehingga menjadi Rp2.280 perkilogramnya,”kata Hendra.
Mereka memasok TBS kepada salah satu perkebunan anak perusahaan dari PT Wilmar Grup yang tengah disorot karena terlibat dalam sindikasi kasus ekspor Minyak Kelapa Sawit. Hendra berharap harga TBs milik masyarakat bisa membaik lagi.