Opini  

Negeri Di Landa Bencana, Saatnya Muhasabah Bersama

Oleh : Dewi Utami, S.Pd.I Pemerhati Remaja Kotawaringin Timur

NEGERI sedang menangis dan merintih. Bencana yang terus menerus menerpa negeri, menyiratkan akan sebuah peristiwa yang menorehkan luka dengan berbagai permasalahan kehidupan manusia. Baik bencana itu disebabkan karena faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia. Akibatnya , banyak korban jiwa manusia mulai luka ringan sampai korban meninggal dunia, kerusakan lingkungan hidup masyarakat, kerugian harta benda, hingga berdampak pada psikologis masyarakat setempat. Seperti bencana banjir bandang yang saat ini tengah menimpa masyarakat di Sukabumi.

Banjir bandang di Sukabumi dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.
(jawapos.com, 07/12/2024)

Rabu (4/12/2024) pagi itu, Ineu Damayanti (38) serius melihat informasi melalui gawainya yang mengabarkan sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi terdampak bencana akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12). Ia tidak sadar, hari itu Sungai Cimandiri juga meluap. Sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai merayap masuk ke dalam rumah Ineu. Awalnya hanya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri yang meluap terus meninggi hingga akhirnya menenggelamkan seluruh ruangan rumahnya. (detik.com, 08/12/2024)

*Faktor Penyebab Terjadinya Bencana Banjir*
Beberapa faktor Penyebab terjadinya banjir bandang diantaranya adalah pertama, faktor alam yang meliputi : hujan lebat, banjir kiriman yaitu terjadinya hujan lebat di daerah atas sehingga menyebabkan aliran sungai di daerah rendah meluap, terjadinya erosi dan sedimentasi atau pengikisan tanah mengendap di dasar sungai yang lama kelamaan terjadi sedimentasi, tsunami, dan faktor topografi.

Kedua, faktor sarana dan prasarana. Diantaranya adalah:drainase yang tidak ideal sehingga air tidak mampu mengalir dengan baik, minimnya daerah yang mampu menyerap curah air hujan, rusaknya pompa air dan jebolnya bendungan penampung air.
Dalam hal ini seharusnya penguasa melakukan mitigasi untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya bencana yang akan terjadi. Mengecek segala sarana dan prasarana yang ada dengan menyediakan dan mengganti yang sudah rusak.

Faktor yang ketiga adalah dari diri manusia yang sering kali melakukan tindakan yang tidak memperhatikan akibat setelahnya. Yaitu diantaranya : membuang sampah sembarangan, menebang pohon secara liar, pemanasan global yang terus meningkat, banyaknya bangunan di tepi sungai.

Dari beberapa faktor Penyebab terjadinya banjir di atas juga tidak terlepas dari sistem sekularisme yang diterapkan saat ini, yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem sekularisme telah menjauhkan manusia dari ketaatan kepada Allah SWT.

Menjauhkan para penguasa dari perannya yaitu sebagai pengurus segala urusan umat, bencana yang berulang seharusnya menjadi bahan evaluasi terkait persiapan mitigasi sehingga ketika bencana terjadi pada penguasa bertindak cepat dan sigap. Selain itu, sistem sekularisme memberi celah manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Karena pada dasarnya bencana yang terjadi tidak terlepas dari ulah tangan manusia.

Allah SWT berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (TQS. Ar-rum: 41)

*Saatnya Muhasabah, Dan Kembali Pada Sistem Islam*
Dengan adanya bencana sudah seharusnya seluruh masyarakat dan para penguasa untuk bermuhasah dengan bertaubat dan kembali kepada syari’at Allah SWT. Menjadikan syariat Islam sebagai pedoman dan solusi dari segala problematika kehidupan.
Dalam pandangan Islam, penanganan bencana alam dengan kesiapan mitigasi maupun infrastruktur. Merupakan tanggung jawab penguasa dalam memberikan perlindungan kepada seluruh rakyatnya. Seperti sabda Rasulullah saw. :“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).

Mengutip pendapat pakar geospasial Prof. Ing. Fahmi Amhar, saat era kekhalifahan di Turki misalnya, untuk mengantisipasi gempa, yang dilakukan adalah membangun gedung-gedung tahan gempa. Sinan, seorang arsitek yang dibayar Sultan Ahmet untuk membangun masjidnya yang berseberangan dengan Aya Sofia, membangun masjid itu dengan konstruksi beton bertulang yang sangat kokoh dan pola-pola lengkung berjenjang yang dapat membagi dan menyalurkan beban secara merata.

*Hikmah*
Sehingga Allah senantiasa menurunkan rahmat dan berkahnya untuk seluruh penduduk negeri. Allah SWT berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
(TQS. Al-A’raf : 96).